08 September 2009

Ketika Titipan pun harus diambil kembali

Kemaren sore saya main ke Madiun. Ada beberapa keperluan yang dicari. Pada pukul 16.45 saya singgah ke masjid di depan Alun - alun. Fikir saya, lebih baik menunggu maghrib disini saja, lebih menyenangkan dari pada harus duduk dipinggir jalan yang lumayan panas pada sore hari itu.
Sesampainya dimasjid saya wudhu dan kemudian duduk di tempat sholat wanita. Ketika menyandarkan tubuh saya kedinding , tepat didepan saya ada seorang nenek yang terisak isak dalam doanya, dalam hati saya sempat bertanya, apa gerangan yang membuat nenek itu menangis, apakah ada sesuatu yang sedang membelitnya atau beban yang tidak bisa ia tanggung? Entahlah ....
Dalam hati saya hanya bisa mengamini agar apa yang diminta nenek itu bisa terkabulkan meski saya tidak tau apa yang dia pinta.
Lima belas menit kemudian nenek itu menoleh kearah saya, dan saya tersenyum disambut senyuman manis dari sang nenek. Terlihat bekas air mata yang masih menempel di pinggir mata keriputnya. Saya memperbaiki duduk saya, dan tak lama kemudian nenek itu menghampiri saya.
"Duduk didepan yuk nak". Nenek itu mengajak saya untuk pindah ke aula depan tempat orang yang sedang semaan nuzulul qur'an.
Saya menjawab ingin disini saja sambil menunggu maghrib. Tapi nenek itu seakan menarik saya karena beliau bilang di aula terdapat ceramah . Tapi saya melihat tidak ada ceramah disana, hanya orang yang sedang tadarus. Akhirnya sayapun menemani nenek itu pindah ke aula.
Sejenak kami terdiam, namun saya memulai percakapan
"Nenek sering kesini?"
beliau menggeleng "Enggak nak, hanya sesekali saya kesini".
kemudian nenek itu bercerita bahwa tanggal 25 Agustus yang lalu anak perempuannya baru saja meninggal. Anaknya meninggal karena penyakit migrain, dia meninggalkan anak anak kecil yang berumur 7 tahun dan 4 tahun. Dan sekarang bersama ayahnya di Yogya. Sebenarnya dia hanya anak angkat nenek itu. Suaminya sudah meniggal setehun yang lalu, dan sekarang dia hanya sebatang kara. di rumahnya dia hanya ditemani anak kos yang tinggal dirumahnya .
"Saya kesini untuk mengusir kesedihan saya nak, Beruntung saya masih mempunyai Allah, meskipun semua meninggalkan saya, tapi Dia tidak pernah meninggalkan saya".
Subhanallah ... kata kata itu meluncur tulus dari bibir sang nenek disela sela air matanya yang kembali menetes.
saya hanya bisa memegang tangannya dan menguatkannya dan hanya mampu berkata agar nenek bisa sabar.
Semua yang ada didunia ini akan kembali padaNYA. semua yang ada pada diri kita hanyalah titipan, jadi ketika sang empunya sudah mengambil apakah pantas bagi kita untuk menahan dan menangisi semua itu?
untuk nenek... semoga kau mendapat ganti yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment

Leave comment