25 May 2011

First Love

First love never dies. Kata orang “Cinta Pertama” itu sulit untuk dilupakan. Benarkah begitu? Apakah anda juga masih ingat siapa cinta pertama anda?



Bagi saya pribadi cinta pertama memang sulit dilupakan. Bukan berarti kita terus mengenang seseorang yang pernah kita cintai, tidak, bukan begitu maksud saya. Namun lebih kepada kita tidak bisa melupakan pertama kalinya kita belajar untuk mencintai, belajar memahami, dan menerima pasangan kita. Baik dengan segala kelebihannya maupun dengan segala kekurangannya. Kita belajar untuk berani dan tangguh karena cinta membuat seorang yang rapuh menjadi kuat. Kata secret admire saya “Cinta itu menyembuhkan”. Memang benar cinta itu menyembuhkan, menjadikan kita belajar untuk menjadi pribadi yang terbaik untuk orang yang kita cintai. Terlepas bagaimana penilaian  dan tanggapan dia tentang cinta kita. Intinya senantiasa memberi yang terbaik yang kita punya. Menyembuhkan karena terkadang jika dulu sebelum menemukan cinta ini kita menjadi sosok yang “kurang pantas” dan setelah menemukan cinta ini kita berubah menjadi sosok yang “pantas” dengan kata lain kita menjadi lebih baik lagi dari yang sebelumnya. Bukan berarti juga kita mengubah jati diri kita namun belajar untuk mencintai seseorang dengan cara yang sempurna.

Cinta pertama tidak selalu menjadi cinta yang terakhir bagi kita. Karena realitanya memang seperti itu. Tak jarang cinta pertama kita tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Tidak seindah yang kita dambakan. Namun tak jarang juga cinta pertama itu adalah labuhan cinta terakhir pula. Seperti cinta Fatimah dan Ali.

“Suamiku, sebelum menikah denganmu aku mencintai seorang pria”. Ucapnya setelah selesai menikah. Ali yang mendengarkannya tampak sedikit cemburu dan marah. Namun ia hanya diam dan bertanya.
“Kenapa kau menikah denganku?”
“Karena pria yang aku cintai itu adalah kamu, suamiku.” Ali pun tersenyum dan keduanya hidup bahagia.

Cinta yang terungkap pada saat yang tepat dan pada orang yang tepat. Dalam menemukan cinta setidaknya kita mempunyai pilihan yang terbaik menurut pandangan kita, setelah yakin bahwa itu pilihan terbaik kita dan akhirnya menikah, proses penerimaan pun dimulai. Menerima dia apa adanya. Mencintai dia dengan kemampuan terbaik kita.
“Apa kau tak takut kehilangan?”. Ketika pertanyaan itu diajukan pada saya, tentu saja saya takut kehilangan. Namun jika kita memang mencintainya, berikan saja cinta yang terbaik untukknya. Perbanyaklah memberi tanpa sedikitpun meminta balasan walaupun dalam hati kecil kita  juga ingin  mendapatkan hal yang sama seperti yang kita berikan.. Urusan meninggalkan dan ditinggalkan, itu hanyalah waktu. Bukankah setiap orang yang mencintai juga akan berpisah ketika maut menjemput atau ketika Allah sudah menyudahi amanah yang diberikan pada kita? Dan semoga cinta itu disatukan kembali dalam dunia keabadian disurgaNYA nanti. Amin.



No comments:

Post a Comment

Leave comment