11 April 2011

I Love You



Dilihatnya pemuda itu dari balik pintu kaca. Ah seperti biasa dia pasti ada disini bersama pianonya. Dibukanya perlahan pintu kaca itu. Alunan pianonya terdengar begitu lembut ditelinganya. Dalam hatipun ia mulai menyanyikan lirik lagu dengan iringan piano Damar. Ia berjalan perlahan mendekati podium. Tampak Damar sangat berkonsentrasi dengan tiap tuts – tuts kecil yang dipencetnya. Pemuda itupun mendongak dan melempar senyum termanisnya pada Nadia.

Bagi Nadia semua senyuman Damar adalah senyuman termanis yang ia lihat. Tapi selalu saja setiap kali senyuman itu terlempar kearahnya, ia merasa kali ini ia melihat senyuman termanis lagi. Pemuda itu menghentikan alunan pianonya.
“Lucy mana Nad?” Tanya nya sambil berjalan mendekat ke arah tempat duduk Nadia.
“Ehm… masih dikantin. Selepas kelas statistik dia langsung menghambur ke kantin dengan teman teman yang lain.”
“Kok kamu ga ikut? Udah makan? Aku beliin makanan dulu ya.”
“Ah, tidak usah. Aku masih kenyang.”
“Oh…”.

Mereka berdua mengobrol lama. Seperti biasa Damar selalu menanyakan keberadaan Lucy dalam setiap topik pembicaraan mereka. Nadia selalu berfikir bahwa Damar menyukai sahabatnya itu. Ah kalaupun ia, dia pasti akan menjadi orang pertama yang ikut bahagia. Bahagia melihat pemuda itu bahagia.

Tak lama kemudian, Lucy datang. Ditolehnya gadis itu. Lucy dengan segala kebaikan fisiknya yang membuat setiap pemuda akan terpana melihatnya. Lucy dengan senyum termanisnya yang bisa menyihir siapapun yang ada disekelilingnya. Lucy, gadis yang paling baik perilakunya yang ia temui. Lucy, ah… akan banyak alasan yang  membuatnya tidak akan bisa sejajar dengan sahabatnya itu.

“Hai.. sory dam, gue terlambat.” Gadis itu langsung  duduk disamping Nadia.
“Kalo ga terlambat bukan loe dong Lus”.
“Hm.. rese lu.”
Mereka bertiga menyatu dalam gelak tawa.
“Ok take vocal sekarang ya.” Ajak Damar pada Lucy.
“OK bos.”

Alunan piano pun dimulai. Suara Lucy sangat merdu mengiringi alunan sang maestro.

Oceans apart, day after day
And I slowly go insane
I hear your voice on the line
But it doesn't stop the pain

If I see you next to never
But how can we say forever

Wherever you go, whatever you do
I will be right here waiting for you
Whatever it takes or how my heart breaks
I will be right here waiting for you

Mereka berdua memang serasi. Nadia semaking mengkeret dalam kediamannya. Berkhayal jika ia menginginkan Damar menyukainya. Gadis berkaca mata yang hanya bersahabatkan dengan buku. Ia pun melangkah pergi.

“Haruskah gue katakan sekarang Lus?”
“Yaelah… nunggu sampai kapan? Hari raya?”
Pemuda itu tersenyum dan segera pergi mencari gadis itu.


No comments:

Post a Comment

Leave comment