16 April 2011

Tentang Sahabat

Berbicara tentang sahabat pasti tidak akan pernah ada habisnya. Sama halnya ketika kita berbicara tentang cinta. Well, postingan saya kali ini tidak akan mengulas tentang arti sahabat, persahabatan atau cinta. Tapi sekali lagi ingin bernostalgia dan mengenang sosok-sosok sahabat saya yang sekarang jarang saya temui dikehidupan nyata, karena berbagai faktor dan jaraklah terutama. Meskipun kita jarang bertemu namun dihati tetap ingat bahwa kalian adalah sahabatku. insyaAllah.

Sahabat TK.
Hm…memory saya agak-agak kabur jika mengingat masa-masa ini. Tapi beberapa nama masih saya ingat. Yang pertama Ananta, biasanya disebut aa’ Hatta. Dia sahabat saya ketika dibandung. Konon ceritanya orang tua saya ingin menjodohkan saya dengannya sewaktu kami masih kecil. Lucu juga ya. dan Rona, dia adalah teman TK saya ketika sudah pindah di magetan. Dia satu-satunya sahabat wanita yang saya punya, karena selebihnya teman-teman saya banyak yang laki lakinya.

Sahabat SD.
Setahun menghabiskan waktu bermain diTK mengharuskan saya untuk segera naik kelas. Pada usia 5,5 tahun saya masuk ke sekolah dasar. Disini saya mempunyai empat orang sahabat yang cukup akrab meskipun sebenarnya satu kelas bisa menjadi sahabat saya juga. Karena dalam kelas kami hanya terisi lima belas siswa saja. Adalah Ria, Asep, Vivi dan Ari dulu yang selalu bersama saya. Mengerjakan PR bareng, bermain bersama dan terkadang pergi kekota bersama hanya untuk foto kopi lembar lembar tugas dari guru. Ada sebuah pengalaman lucu ketika kami harus fotocopy tugas. Secara didesa kami belum ada tukang fotocopy, mau tak mau ini mengharuskan kami untuk pergi ke kota. Kami melewati jembatan. Saat itu baru saja hujan. Langit masih redup oleh bekas hujan, bau tanah juga masih tercium pekat dalam hidung kami dan jalanan dijembatan tentunya juga licin karena sapuan air hujan. Kami pun mengayuh sepeda kami dengan pelan. Sesampainya ditengah jembatan, ban sepeda yang saya tumpangi masuk ke celah-celah jembatan. Ini mengakibatkan keseimbangan saya oleng dan saya terpelanting ke luar jembatan. Beruntung saat itu saya berpegangan tangan, dan sahabat-sahabat saya langsung membantu untuk menaikkan saya ke atas jembatan lagi. Fiuh… alhamdulillah… banyak cerita di SD sana yang pastinya menjadi memory indah untuk kami bersama.

Sahabat SMP.
Di bangku ini saya merasa menjadi raja dan merajai. Hehehe… ya karena dibangku ini saya selalu mendominasi dan ada diurutan pertama dalam birokrasi sekolah. Menjadi ketua kelas, menjadi ketua OSIS, menjadi ketua Pramuka, menjadi komandan peleton dalam lomba baris berbaris dan lainnya. Sampai-sampai kakak kelas saya berkata pada saya “Bagaimana bisa semua posisi kamu bawa ke desamu!”.
Yah… saya tidak tahu, mereka yang memilih, bukan kemauan saya sendiri. Dibangku ini saya mempunyai sahabat dekat. Namanya Erik, tapi biasa saya panggil dengan sebutan Gendut. Dia selalu menjadi wakil saya dan partner di OSIS , lomba dan Pramuka, bahkan guru-guru menjuluki kami sebagai pasangan yang serasi karena kekompakan kami. Dengan Erik, saya selalu berlomba sepeda ketika pulang. Kebut kebutan untuk menjadi yang pertama sampai di desa kami. Selain Erik, Gunawan juga menjadi salah satu sahabat saya, dan kerap saya panggil dengan nama Menung. Dia adalah kakak kelas saya yang berkata pada saya tentang kalimat diatas. Nasibnya juga sama, selalu menjadi ketua kelas, ketua OSIS dan ketua Pramuka. Dari Gunawan saya belajar tentang kepemimpinan dan solidaritas. Dia juga memprivati saya sebelum akhirnya jabatan yang ia pegang selama setahun harus beralih ketangan saya. Sekarang dia sudah menikah dan mempunyai anak. Selamat nung.

Sahabat SMA.
Mereka sudah saya jelaskan dipostingan yang sebelumnya, tapi tidak ada salahnya jika saya sebutkan ulang. Mereka adalah Nur, Alip atau kerap saya panggil dengan nama Atut dan Hesti. Mereka adalah sahabat sahabat karib saya. Sahabat yang selalu memacu semangat saya untuk belajar dan sahabat “Gila”. Bagaimana tidak, kami selalu tertawa terbahak bahak jika kami tidak bisa mengerjakan soal. Guru-guru pun hanya mengernyitkan dahi ketika mendengar kami tertawa. Dan mungkin sudah hafal “O.. anak ini ga bisa mengerjakan, rasain!!!”

Sahabat Kuliah 1.
Hehehe… saya sempat menimba ilmu satu tahun disebuah lembaga pendidikan juga. Disini saya mempunyai sahabat yang bernama Ulfa, sekarang dia sudah mempunyai jagoan kecil dan keluarga yang bahagia dan Feriza, gadis ini mungkin masih dalam masa “Pelarian”, hehehe… Dia sangat berbakat dalam mendesain baju, tapi sayangnya ketika saya bilang “Kenapa tidak jadi desainer baju saja?” dia enggan. Padahal gambar baju dan contoh jahitan yang ia punya sangat bagus.
Dia penyuka kriwil dan masakan pedas, tapi jika ketahuan ibunya pasti dimarahi karena dia punya penyakit mag. Sempat pingsan dan membuat heboh dikampus beberapa kali. Semoga selalu dalam kebaikan ya say.

Sahabat Kuliah 2.
Setelah menamatkan dilembaga pendidikan, saya melanjutkan ke tempat kuliah yang lain. Disini saya mengenal banyak orang dan mempunyai beberapa sahabat. Agung, dia orang pertama yang saya kenal di kampus saya yang kedua ini. Orangnya pintar dan lucu. Trio kwek-kwek yang terdiri dari Nene, Ajeng dan Stevi. Bersama mereka kami selalu makan bakso atau mie pangsit disebelah matos. Makan dipinggir jalan sepertinya menjadi kesukaan kami. Rahma, teman yang satu ini girly sekali. Dia yang mengajari saya tentang berdandan. Secara jaman-jaman kuliah saya tidak pernah memakai make up. Dia selalu berkomentar tentang baju-baju yang saya kenakan. Karena kebanyakan nabrak. Terkadang dia memilihkan saya sepatu sepatu dan baju “Wanita”, tapi saya tidak tertarik. Saya lebih tertarik dengan kaos oblong dan sepatu kets.

Sahabat di Firdaus Boarding House.
Firdaus Boarding House adalah nama kos kosan saya. Sebenarnya tempat kos ini tidak memiliki nama, namun setelah kami berlima bertemu dan seperti mencium bau surga di tiap kebersamaan kami, akhirnya tercetuslah nama itu. Adalah Rosida atau kerap saya panggil Oci, Yuli dengan sebutan “Nenek”, Lilik dengan sebutan “Bunda” dan Yeni dengan sebutan “Tante”. Lalu untuk saya sendiri apa? Saya kebagian nama “Budhe”, hehehe….
Bersama mereka saya lewatkan hari hari dengan cerita.

Sahabat di BEC.
Disini pun saya mempunyai banyak sahabat dekat. Diantaranya Arif atau sering saya panggil “Yip”, Nurul, Betty, Kholis dengan panggilan “My Sister”, Dzikri dengan panggilan “Chief dan Oci. Ada banyak sahabat yang masih banyak lagi, karena ditempat kursus inilah saya merasakan mempunyai keluarga.

Sahabat di Flower.
Ini pun nama tempat kos kosan saya, lebih tepatnya kos pertama saya. Disini saya mempunyai sahabat yang bernama Teh Depi. Dengannya saya selalu bertukar cerita. Dan dari dia pula saya selalu mendapatkan dua pertanyaan wajib ketika kami bertemu. Yang pertama “Mbak, jadi ga kita ke Mesir?”.
Dan yang kedua “Cinta itu harus memiliki ga mbak?”. Mungkin kedua pertanyaan itulah yang menjadi obsesinya. Pegang terus mimpimu teh, dan berusalah meraihnya. Dream comes true to thoose who believe it.

Sahabat di Sakinah.
Ini nama tempat kos saya yang kedua. Didesa kecil ini setiap tempat kos akan mempunyai nama. Ini mempermudah kami dalam berkenalan dengan “keluarga” ditempat kursus. Ada Ifa, Na, Delina. I miss you all..

Jam di lapy sudah menunjukkan pukul 00.30. Seperti kata saya pada seseorang hari ini, bahwa setelah tulisan ini terposting saya akan tidur. Ok friends time to sleep. Good night.
Wasalam.


~* Rintik berubah menjadi deras, dan sinarpun berubah gelap *~


No comments:

Post a Comment

Leave comment