11 April 2011

~ Menemukan Puzzle Yang Hilang ~

Jam sudah menunjukkan waktu 08.30 pagi ketika Gadis melirik pada arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.
“Apa benar ini rumahnya mang?”
Tanya Gadis pada laki-laki paruh baya yang ia temui di terminal tak jauh dari rumah itu. Laki-laki yang mengantarnya menginjakkan kaki dirumah asing tempat orang yang paling dikenalnya tinggal.
“Muhun”.
Ia melihat laki-laki itu pergi dan melihat rumah kecil dengan halaman luas didepanya. Rumah dengan pekarangan bunga yang indah. Ia melangkah perlahan memasuki halaman itu. Rasa sesak menyelimuti dadanya. Di dekapnya dadanya sendiri dengan terus melangkah pelan.
Tak jauh dari tempatnya berdiri ada seorang laki-laki berusia 55 tahunan. Laki-laki yang tinggi tegap dengan warna putih mendominasi rambutnya. Laki-laki itu menoleh dan tersenyum padanya. Ia hanya terdiam. Tanpa sepatah katapun. Ia berhenti. Laki-laki itu mendekat. Dengan seulas senyum yang membuat Gadis semakin nyeri dengan perasaanya. Mata itu, mata yang sangat ia rindukan. Senyum itu, senyum yang selalu ia bayangkan ketika akan tidur. Tubuh itu, tubuh yang diharapkannya selalu memeluknya ketika sendiri. Dia, dia sekarang ada didepan Gadis. Tapi Gadis hanya bisa mematung dalam diamnya.
“Nyari siapa neng?”
Laki-laki itu bersuara, suara yang terasa asing namun sangat ingin didengarnya. Gadis tertunduk dan merasakan genangan air yang mulai menggenang disudut matanya.
Ia mengulurkan tangannya sebelah kanan ke depan laki-laki itu dengan kepala tetap menatap rumput. Di tangannya terdapat gelang emas dengan tulisan “I Love You” di tengahnya.
“Tami”. Laki-laki itu bersuara berat. Gadis menatapnya. Lama mereka saling menatap.
“Papa”.
Laki-laki itupun memeluknya. Air mata yang selama ini ditahannya keluarlah sudah.
Dalam hening mereka bercerita dengan air mata mereka. Tak lama kemudian.
“Papa”.
Mereka berdua menoleh. Seorang wanita seusia laki-laki itu menatap mereka tak jauh dari tempat mereka berdiri.


No comments:

Post a Comment

Leave comment