16 March 2011

Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga".


Di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu.

Karena cinta tidak selalu harus berwujud "bunga".

Akhir – akhir diakui atau tidak sepertinya aku gemar menulis tentang cinta. Berawal dari rasa takut, senang dan sedih yang membuatku ingin terus menulis tentang satu kata yang orang bilang mempunyai bermacam macam makna.

“Cinta itu apa sih?”

** Seorang tutor bahasa inggris menjawab :

Cinta atau Al-Hubb menurut Ilmu Nahwu adalah seperti kalimat isim, cinta tidak dibatasi oleh waktu. Seperti Mubtada’ Khobar, selalu butuh kabar info tentang orang yang dicinta. Seperti Fi’il Fail, Diri tiada artinya tanpa kehadiran yang tercinta. Seperti Jer Majrur, Kemanapun pergi akan selalu menemani. Seperti Syarat & Jawab, bila kau tak ada, apalah arti hidupku. Dan seperti isim mabni, apapun yang terjadi tak akan merubah pendirian untuk tetap mencintai.

Dan cinta menurut green modul english seperti simple present yang selalu membutuhkan subjek yang mencintai dan objek yang dicintai

** Seorang guru matematika menjawab dengan simpel :

Cinta adalah C.I.N.T.A

** Seorang guru bahasa inggris smp mejawab :

Cinta is love sist, Love is cinta also, hm…hm…hm…

** Seorang Administrasi berkata :

Menurutku cinta itu global, rasa dari hati yang biasa terealisasi dalam bentuk ungkapan positif seperti tulus mengasihi, takut kehilangan tapi bukan berarti over protectif, selalu ingin membuat orang tersebut bahagia.

** Seorang disainer menjawab :

Cinta itu menyembuhkan

** Seorang asisten dosen menjawab :

Buat aku Cinta itu sama halnya dengan sifat hati. Bisa berubah, bisa menetap, bisa membahagiakan, juga bisa membuat sedih.

Jika pertanyaan itu dibalikkan ke diriku, aku mungkin gelagapan untuk menjawabnya. Karena sampai sekarang pun aku masih bertanya tanya sebenarnya seperti apakah cinta itu? Apakah kebersamaan tanpa syarat sudah bisa dinamakan cinta? Apakah pemberian dengan permintaan kompensasi juga disebut cinta? Apakah penerimaan setulus hati tentang apa pun meski pun kau pernah tersakiti juga bisa disebut cinta?

Namun bagiku Cinta adalah menyisihkan ruang dihati kita untuk memberikan yang terbaik yang kita punya. Tidak peduli dalam keadaan apapun yang kau tahu hanyalah bagaimana supaya setiap hal yang kau lakukan adalah hal terbaik dan semaksimal mungkin yang bisa kau berikan padanya.

Kemarin ada banyak obrolan yang kubicarakan dengan teman karibku. Setelah lama tidak bertemu akhirnya kamipun saling bertukar cerita tentang kehidupan masing masing selama kami jauh. Dia sudah bersuami dan alhamdulillah sudah mempunyai anak. Aku begitu antusias ketika dia bercerita tentang kehidupan keluarga kecilnya. Begitu menyenangkan, lucu dan harmonis meskipun tidak bisa dipungkiri dalam setiap perahu pernikahan pasti ada ombak yang akan selalu mengelilinginya. Namun satu hal yang kutahu pasti bahwa “Dia adalah pilihan terbaik yang kumiliki, dan aku bersyukur menjadi bagian dari dirinya” itu kata kata yang meluncur dari bibir sahabatku ketika mendiskripsikan suaminya.

Tersenyum mendengarnya dan getir, getir karena rasa takut yang ada dari dalam diriku menghadapi semuanya. Menghadapi hari hari dimana nanti status ku juga suatu saat akan berubah. Entah kenapa ketakutan itu masih saja muncul. Apakah nanti aku bisa seperti dia? Memiliki keluarga kecil yang sangat bahagia. Ah.. semoga saja.

Saat ini yang kutahu hanyalah aku sedang belajar। Potongan puzzle yang ada dihadapanku harus kutata menjadi sebuah gambar yang indah dan frame frame yang ada disekelilingku akan kujadikan referensi dalam menyusun gambarku. Gambarku tidak harus sama dengan berbagai frame yang kulihat. Namun menjadi sebuah gambar impian yang nanti akan bisa kubanggakan. In the world and hereafter. Amin.

No comments:

Post a Comment

Leave comment