21 April 2011

* Gambung *

Nothing should be spoken before it has been heard
Nothing should be read before it has been spoken
Nothing should be written before it has been read.

Sore ini kami bertiga berkumpul dan belajar bersama. Seperti biasa Nisa yang jahil selalu memegang marker dan menyoret-nyoretkannya ke lembaran bufallo yang disulap menjadi papan tulis imitasi. Sedangkan kakaknya, Tio sedang serius menerjemahkan kalimat-kalimat bahasa inggris. Dia hanya berkutat dengan buku, bolpoin dan kamus bahasa inggris, sambil sesekali melihat tingkah polah adiknya yang nakal.
Kuperhatikan Nisa, dia sedang asyik menggambar bulatan – bulatan hitam. Dipertebalnya bulatan – bulatan itu sehingga kertas menjadi blok hitam yang hitam. Hm.. aku berfikir, sebenarnya dia mau menggambar apa ya? Bola kah itu? Karena tertarik, akhirnya aku mulai bertanya pada Nisa.
“Dek, nggambar apa?”
Dia dengan mimik serius menoleh padaku.
“Pesawat meledak mbak.”
Aku mulai mengernyitkan dahi, sebuah pesawat? Kenapa bulat?
“Kok gitu gambarnya?”
“Pesawate meledak, ini dilihat pake teroponge mas dari tingkate mbak Anda.”
Doeng…..jelas aja bulet, orang liatnya pake teropong.

Aku melihat Tyo lagi.
“Are you done?”
“Not yet.” Dia menjawab tanpa melihatku dan menulis sesuatu dibukunya. Kutoleh lagi Nisa. Kali ini dia menggambar sebuah titik kecil. Kemudian dihapusnya.
“Loh kok dihapus?”
“Tu nggambar mbak.” Dia berceloteh dengan suara bass nya.
“Nggambar apa? Orang udah dihapus gitu kok.”
“Ah mbak Anda i, ni gambar pesawat yang meledak tadi. Karena udah meledak jadine hilang ga bisa dilihat lagi.”
Tuink…..tuink…… ternyata gambarnya masih nyambung ya? biasanya cerita bersambung eh sekarang malah jadi gambar bersambung, gambung deh.



~ Seuntai Kata Tentang Rindu ~

Kau bertanya padaku

 “Apakah kau pernah merindukan seseorang?” Tanyamu pada suatu waktu.
“ Tentu saja.” Jawabku.
“ Lalu bagaimana caramu mengekspresikan kerinduanmu pada orang tersebut.”
“ Hm….hm….hm…..”
Lama aku berfikir, memutar mutar sebuah pensil bolpoint yang sedang kupegang. Bahkan untuk sebuah ekspresi saja aku harus berfikir.
“ Aku merindukannya dalam kebahagiaan dan kesedihanku. Ingin sekali memeluknya, tapi bagaimana aku bisa mengekspresikannya sedangkan orang yang kurindukan tiada.”

Terdiam dan meneteslah air mata.


20 April 2011

She said

Gosip perceraian antara teh ninih dan Aa Gym semakin sontak dibicarakan ditelevisi. Saya tidak tahu apakah berita ini benar atau hanya gosip belaka yang seringkali dibesar-besarkan oleh media. Namun kali ini saya tidak ingin membicarakan masalah mereka, karena saya rasa mereka mempunyai ruang privacy sendiri. Keputusan yang telah mereka ambil pun entah itu berpisah atau tetap melanjutkan biduk rumah tangga dengan dua hati, pasti sudah mereka pertimbangkan dengan baik. Dan apapun hasilnya itulah yang menurut mereka baik untuk mereka.

Sekali lagi kali ini saya tidak ingin membicarakan tentang masalah dua orang baik ini, namun sedikit tergelitik oleh beberapa pemberitaan dan opini – opini. Maka saya pun mengirimkan sebuah pesan pada teman – teman perempuan saya. Kurang lebih inilah isi dari pesan singkat itu.


Bagaimana jika suamimu meminta izin untuk menikah lagi? Ridhokah engkau? Ikhlaskah dirimu?

Dan beberapa balasan pun masuk ke dalam inbox saya.

A said :
Hmmm… depend on you. [ Jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan (-_-‘)]

B said :
insyaAllah enggak. Enggak mau dipoligami. Tunggu q mati dl.

C said :
Dr jman kuliah dlu… g stju bgt yg nmY poligami mbk yu.., so..!! Kl mo sbar kyak teh nini jg g gmpang kan?? Hee…mnding idup sndiri alias cut..,,!! Trz cr lg yg laen..,,wkwkwkwk…

D said :
Jujur ga ikhlas, mending q dicerai dl. Wkwkwkwk….

E said :
Budhe….pertanyaanx….. untuk saat ini tidak. Tapi pasti ada alasan dibalik semuanya. Jika itu baik untuk semua pihak, semoga Allah melapangkan hati qt.

Dan saya pribadi, Tidak. Walaupun dibibir saya, saya mengatakan ikhlas, tidak apa-apa, tapi jujur didalam hati saya tidak akan bisa menerimanya. Pasti ada rasa cemburu. Melihat orang yang kita sayang harus membagi hati dengan yang lain. Saya hanyalah wanita biasa, belum setegar istri – istri nabi. Dan bagi saya sangat sulit untuk berbuat adil. Meski kita merasa sudah adil terhadap semuanya, tapi apakah sama kenyataannya? Padahal yang merasakan keadilan adalah orang lain. Bukan diri kita sendiri.

Berpoligami pun saya rasa juga ada aturan – aturannya sehingga poligami diperbolehkan. Nabi pun berpoligami tidak hanya untuk menyenangkan nafsunya saja, jika pun iya pastinya beliau akan menikahi wanita – wanita cantik lagi muda. Kenyataannya hampir semua istri yang dipoligami adalah janda – janda tua, hanya satu yang perawan, Aisyah. Tujuan berpoligami pun karena ingin menolong kehidupan wanita tersebut. Tapi sekarang? Aturan berpoligami rasanya tidak diindahkan lagi. Bagaimana keadaan yang memungkinkan seseorang boleh berpoligami sudah tidak dihiraukan lagi.

Ya Robb, Kau pasti sudah tahu kemampuan hambamu. Dan Engkau tidak akan menimpakan suatu beban diluar batas kemampuan hamba-Nya. Jika pun hal yang tidak diinginkan hambaMu terjadi, pastilah itu semua karena Engkau tahu bahwa dia mampu melewatinya. Karena Kau menyayanginya.

Maaf, Aku Tidak Bahagia

Malam itu diruang tamu mereka.

Bayu    : Mas tidak punya sesuatupun yang bisa disembunyikan, mas tidak punya sesuatupun yang bisa diberikan, tapi mas hanya punya cinta dan kebahagiaan. Ini adalah sebuah nilai untuk benar – benar mencintai istri mas. Mas hanya ingin denganmu sayang.
Ani         :  Apakah mas tidak keberatan berdiri disamping saya? Bersama saya?
Bayu      :  InsyaAllah sayang, mas bekerja keras untuk selalu bersama adek.
Ani         :  [Hanya terdiam]
Bayu      :  Apakah adek bahagia dengan mas?
Aku        : [Hanya menunduk dan terdiam sesaat, kemudian dia menatap mata suaminya .] Saya tidak bahagia. [Ani pergi meninggalkan suaminya kekamar mereka.]

Diambilnya sebuah kertas dari laci meja disudut kamar mereka. Dan dituliskannya beberapa pesan untuk suaminya jika dia masuk kedalam kamar. Selesai menulisnya, ditaruhnya kertas itu diatas bantal tempat suaminya biasa tidur. Dan dia … dia berbaring menatap tembok didepan tempat tidurnya.

*****
Diruang tamu, Bayu tampak gelisah. Setelah mendengar beberapa kata – kata dari istri yang  sangat dicintainya tadi, dia hanya terdiam. Dia merasa tidak nyaman. Dia teringat janjinya sebelum menikah, bahwa satu – satunya hal yang ia inginkan adalah melihat orang yang disayanginya bahagia. Dan sekarang… ah… apakah benar selama ini istrinya tidak bahagia bersamanya? Apakah selama ini hanya keterpaksaan dalam sebuah ikatan? Apakah? Dia hanya terdiam. Dipandanginya kamar mereka berdua. Pasti sekarang istrinya sudah tertidur.
Jam didinding sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Ia pergi kekamar mandi dan berwudhu. Dinginnya air mampu sedikit menenangkan perasaanya yang sedikit terguncang. Dibukanya kamar mereka. Ia pun mengambil sajadah dan sholat. Setelah sholat ia menoleh ke arah istrinya dan tersenyum. Didekatinya ranjang itu, istrinya tergeletak tenang disisi tempat tidurnya. Ia perlahan mendekati ranjang dan matanya tertuju pada kertas putih kecil. Kertas dengan lipatan yang sangat rapi.
*****


Maaf aku harus jujur, selama ini aku tidak bahagia hidup denganmu.


Tapi, aku sangaaaaaaat bahagia. Sayang, kau memberiku lebih dari yang aku minta. Bahagiaku tidak selalu harus dengan sorak sorai yang mengisi seluruh ruangan kecil kita, bahagiaku tidak selalu harus dengan senyuman bahkan tawa yang tersungging dibibir. Setiap detik, setiap menit, dan setiap moment yang kulalui denganmu adalah kebahagiaan yang tak akan bisa dinilai dengan apapun. I Love You.

Peluk cium dariku
Istrimu.

*****
Ditolehnya wanita yang berbaring memunggunginya itu, ia tersenyum disela – sela rintik yang hampir membasahi matanya. Didekatinya tubuh istrinya dan diciumnya. Alangkah kagetnya ia karena istrinya belum tertidur.
Bayu       :  Sayang kau belum tidur?
Ani          : Bagaimana aku bisa tidur, sedangkan kau disana masih dalam kegalauan.
Bayu       :  Kenapa mengerjai mas tadi?
Ani          :  [Hanya tersenyum, dan mencium suaminya.]  I Love You.

18 April 2011

Kepastian




Hitam, tak selamanya gelap bagiku
Putih, tak selamanya terang bagiku
Menunggu, tak selamanya harus bertemu
Berharap, tak selamanya selalu mendapatkan
Tapi
Hanya satu yang kutahu
Bersama-mu adalah pasti

Wherever You Are

Nak….

Aku khawatir jika kau pergi dengan teman-temanmu
Namun terus-menerus bersamaku akan membuatmu
Terlihat “ANEH”
*****

Memikirkanmu pergi sendiri ke tempat-tempat yang baru
Membuatku ketakutan diluar kendaliku
*****

Tapi…
Membiarkanmu dan mengawasi dari jauh kurasa
Akan lebih “MENDIDIKMU”
*****

Ketika kau dewasa
Dan  banyak waktu yang kau habiskan dengan kehidupanmu yang lain
Disini,
Ditempat ini,
Kami selalu berdoa,
Kemanapun  waktu membawamu pergi
Semoga akan selalu baik-baik saja


Bebas




Diagonal seperti ini membuatku bebas
Bebas melepaskan semua yang menumpuk dijiwa
Bebas menguraikan semua yang mengendap diruang rasa
Bebas untuk menjadi
Diriku seutuhnya

16 April 2011

Cinta Itu Tak Terlihat


Kenapa kita menutup mata kita ketika kita tidur?
ketika kita menangis? ketika kita membayangkan ?
itu karena hal terindah di dunia ini tidak terlihat…

Ketika kita menemukan seseorang yang
keunikannya
SEJALAN dengan kita…
kita bergabung dengannya dan jatuh ke dalam
suatu keindahan yang serupa yang dinamakan CINTA

Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan
Orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan….
tapi ingatlah…..melepaskan BUKAN akhir dari dunia
Melainkan awal kehidupan baru

Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis,
mereka yang telah mencari…..dan mereka yang
telah mencoba
Karena MEREKALAH yang bisa menghargai
betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan
mereka…..

CINTA yang AGUNG?
adalah ketika kamu menitikkan air mata dan
MASIH peduli terhadapnya…
adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu
MASIH menunggunya dengan setia
adalah ketika dia mulai mencintai yang lain dan
kamu MASIH bisa tersenyum sembari berkata ‘Aku turut
berbahagia untukmu’

Apabila cinta tidak berhasil….BEBASKAN dirimu
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan
terbang ke alam bebas LAGI
Ingatlah…. bahwa kamu mungkin menemukan cinta
dan kehilangannya…
tapi ketika cinta itu mati, kamu tidak perlu mati
bersamanya….

Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu
menang,
MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika
mereka jatuh

Entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan,
Kamu belajar tentang dirimu sendiri dan menyadari
Bahwa penyesalan tidak seharusnya ada
HANYALAH penghargaan abadi atas pilihan-pilihan
kehidupan yang telah kau buat

TEMAN SEJATI… mengerti ketika kamu
berkata ‘aku lupa….’
menunggu selamanya ketika kamu berkata ‘tunggu sebentar’
tetap tinggal ketika kamu berkata ‘tinggalkan aku sendiri’
membuka pintu meski kamu belum mengetuk dan
berkata ‘bolehkah saya masuk?’

MENCINTAI…..
Bukanlah bagaimana kamu melupakan,
Melainkan bagaimana kamu memaafkan
Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan,
melainkan bagaimana kamu mengerti
Bukanlah apa yang kamu lihat,
melainkan apa yang kamu rasakan
Bukanlah bagaimana kamu melepaskan,
melainkan bagaimana kamu bertahan

Lebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati
dibandingkan menangis tersedu-sedu
Air mata yang keluar dapat dihapus, sementara air
mata yang tersembunyi menggoreskan luka yang
tidak akan pernah hilang….

Dalam urusan cinta, kita SANGAT JARANG
menang…..
tapi ketika cinta itu TULUS,
meskipun kalah, kita tetap MENANG
hanya karena kamu berbahagia……..
dapat mencintai seseorang……
LEBIH dari kamu mencintai dirimu sendiri…..

Akan tiba saatnya dimana kita harus berhenti
mencintai seseorang
BUKAN karena orang itu berhenti mencintai kita,
MELAINKAN karena kita menyadari bahwa orang
itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya

Kadang kala, orang yang kamu cintai
adalah orang yang PALING menyakiti hatimu
dan kadang kala, teman yang menangis
bersamamu adalah cinta yang tidak kamu sadari…


*Diambil dari novel Cinta yang Terlambat karya Ikram Abidi , belum menemukannya sampai sekarang*


About this girl

10 fakta tentang saya

Setelah kemaren kemaren bernostalgia dengan sahabat – sahabat dekat saya, sekarang giliran berkenalan dengan saya. Hehehe...... Are you ready?

~ Terlahir dengan nama Candra Putri Nuraini pada hari senin dari mama dan papa tercinta, Tri Utami dan Mohammad Hermansyah. Orang tua saya memberi nama ini karena mereka menonton film, dan salah satu pemerannya bernama Candra Putri siapa gitu. Si Candra ini menjadi seorang dokter yang sangat baik dan kerap menolong orang – orang disekitarnya. Karena ingin anaknya tumbuh sebagai orang yang gemar menolong orang lain, maka nama itu akhirnya ditetapkan sebagai nama saya. Namun dalam dunia kepenulisan saya memakai nama Zahratul Jannah. Bukannya saya tidak menghargai atau menyukai nama yang telah diberikan oleh orang tua saya. Namun bagi saya dengan menggunakan nama pena, kita mempunyai ruang privaci yang tidak akan dimasuki oleh orang lain. Zahra adalah nama buku harian saya sewaktu kecil. Menulis diary adalah salah satu kegemaran saya, karena saya butuh sesuatu untuk melepaskan semua yang ada di benak saya. Jika dipendam terlalu lama, kata-kata ini akan mengendap dan menguap. Dan saya ingin meminimalisir uapan itu menjadi kepingan memori dalam bentuk tulisan. Jannah, nama ini terinspirasi oleh nama penulis buku mbak Izzatul Jannah. Buku-bukunya menjadi buku-buku favorit saya sewaktu kecil.

~ Saya adalah penggila pedas. Masakan apapun asalkan pedas akan saya lahap. Meskipun setelah memakannya saya akan berkeringat, lidah terbakar atau lipstik alami menghiasi bibir saya. Saya mencintai pedas.

~ Bakso, cilok, sop, dan sambal goreng kentang adalah makanan favorit saya. Berbicara tentang bakso, saya akan dengan lahap dan cepat menghabiskan makanan ini. Berbeda jika saya harus menghabiskan makanan yang lainnya.

~ Tomboi ketika SD dan eS eM P, gemar naik pohon asam di pinggir jalan dan memetik buahnya banyak banyak kemudian dibawa pulang dan dimakan dengan garam. Hm… nyammi. Sering kebut-kebutan jika naik sepeda.

~ Sangat takut dengan ulat bulu. Hiya…. Melihatnya saya akan bergidik. Dengannya saya mempunyai pengalaman tak terlupakan. Dua pengalaman, yang pertama alasan saya pobia dengan hewan yang satu ini, dan yang kedua adalah ketika saya duduk dibangku SMP. Sekolah saya waktu itu masih masuk siang sampai sore. Jadi setiap pukul 11.00 saya akan tidur sampai jam 12.00. Sewaktu enak – enaknya tidur tiba-tiba pipi saya kejatuhan sesuatu. Ringan sekali, saya fikir itu debu. Dengan entengnya saya usap “Debu” itu dan kembali memejamkan mata. Tapi lama kelamaan pipi saya terasa panas dan gatal. Kemudian saya bangun dan melihat wajah saya kecermin. Aaaaaaaarrrggg…… saya hampir pingsan melihat bayangan saya dicermin. Wajah saya bintul – bintul dan banyak bulu ulat kecil menyebar dipermukaannya. Segera saya pegang rambut saya dan saya usapkan ke pipi saya (apa hubungannya coba?) ya untuk sekedar menetralisir kegatalan dipipi saya. Semakin saya garuk, semakin besarlah bintul dipipi saya. Nenek yang melihat saya pun panik. Tapi saya tetap harus masuk. Akhirnya saya masuk sekolah dengan wajah seperti monster. Dikelas, semua teman-teman saya memperhatikan saya karena saya hanya menunduk. Ini jarang saya lakukan, guru-guru pun menanyai saya “Kenapa saya mendadak berubah menjadi diam”.

~ Pernah masuk keselokan ketika pertama kali belajar naik sepeda. Teman saya mengajari saya naik sepeda. Saya mengayuhnya pelan dengan sahabat saya memegang sepeda saya dari belakang ke manapun saya mengayuh. Merasa percaya diri bahwa saya bisa naik sendiri, akhirnya saya minta teman saya untuk melepaskan pegangannya pada sepeda saya. Dan saya mengayuhnya sendiri. Ternyata tubuh saya belum begitu stabil. Sepeda meliuk liuk tidak karuan dan akhirnya saya nyungsep keselokan. Dan ajaibnya saya meluncur ke selokan bagian tengah. Saya tidak bisa keluar. Dan teman – teman saya menarik kaki saya mati matian agar saya bisa keluar. Fiuh… berada didalam selokan selama beberapa menit sempat membuat saya kehabisan nafas.

~ Menyukai Doraemon dan Sailormoon. Meskipun usia saya sekarang tidak bisa dikatakan kecil lagi, saya masih setia melihat Doraemon setiap minggunya. Bahkan terkadang saya berebut remote dengan nenek saya yang ingin melihat acara TV yang lainnya.

~ Air putih dan es jeruk menjadi minuman favorit saya. Tapi ketika saya suntuk saya akan meminum kopi. Padahal saya tidak begitu suka dengan minuman ini.

~ Jalan – jalan sendiri dengan Aza ke tempat tempat yang membuat saya nyasar menjadi kegiatan penghilang penat bagi saya. Dengan Aza, saya bisa menikmati hiruk pikuknya lalu lintas, sejuknya sawah, indahnya warna bunga bahkan jalan menanjak menuju sarangan.

~ Menulis merupakan kegiatan yang saya senangi. Menuliskan apa yang dilihat, apa yang dirasa dan apa yang menjadi cerita. Karena itulah blog ini ada.

Ok. Saya ingin menyambit teman – teman yang sudah follow diblog saya untuk mengerkan PR ini. Hehehe… diterima ya.


Skandal

Kau tersenyum bersamanya
Buah hatiku yang kucinta
Bersenda gurau, bermain dan bercanda
Dia …
Terlihat sangat cantik, pintar dan lincah
“Papa, ayunkan lagi ayunanku”
Kudengar dan kulihat ia berceloteh manja padamu
Tapi…
Tahukah kau sayang,
Dia adalah benih adikmu


Yang Tak Terkatakan

     Tangisku karena cinta
*****
Marahku karena cinta
*****
Diamku karena cinta
*****
 
Dan aku cemburu
Karena aku mencintaimu


~ 16 April 2011, cinta yang tak pernah terkatakan ~

  

Tentang Sahabat

Berbicara tentang sahabat pasti tidak akan pernah ada habisnya. Sama halnya ketika kita berbicara tentang cinta. Well, postingan saya kali ini tidak akan mengulas tentang arti sahabat, persahabatan atau cinta. Tapi sekali lagi ingin bernostalgia dan mengenang sosok-sosok sahabat saya yang sekarang jarang saya temui dikehidupan nyata, karena berbagai faktor dan jaraklah terutama. Meskipun kita jarang bertemu namun dihati tetap ingat bahwa kalian adalah sahabatku. insyaAllah.

Sahabat TK.
Hm…memory saya agak-agak kabur jika mengingat masa-masa ini. Tapi beberapa nama masih saya ingat. Yang pertama Ananta, biasanya disebut aa’ Hatta. Dia sahabat saya ketika dibandung. Konon ceritanya orang tua saya ingin menjodohkan saya dengannya sewaktu kami masih kecil. Lucu juga ya. dan Rona, dia adalah teman TK saya ketika sudah pindah di magetan. Dia satu-satunya sahabat wanita yang saya punya, karena selebihnya teman-teman saya banyak yang laki lakinya.

Sahabat SD.
Setahun menghabiskan waktu bermain diTK mengharuskan saya untuk segera naik kelas. Pada usia 5,5 tahun saya masuk ke sekolah dasar. Disini saya mempunyai empat orang sahabat yang cukup akrab meskipun sebenarnya satu kelas bisa menjadi sahabat saya juga. Karena dalam kelas kami hanya terisi lima belas siswa saja. Adalah Ria, Asep, Vivi dan Ari dulu yang selalu bersama saya. Mengerjakan PR bareng, bermain bersama dan terkadang pergi kekota bersama hanya untuk foto kopi lembar lembar tugas dari guru. Ada sebuah pengalaman lucu ketika kami harus fotocopy tugas. Secara didesa kami belum ada tukang fotocopy, mau tak mau ini mengharuskan kami untuk pergi ke kota. Kami melewati jembatan. Saat itu baru saja hujan. Langit masih redup oleh bekas hujan, bau tanah juga masih tercium pekat dalam hidung kami dan jalanan dijembatan tentunya juga licin karena sapuan air hujan. Kami pun mengayuh sepeda kami dengan pelan. Sesampainya ditengah jembatan, ban sepeda yang saya tumpangi masuk ke celah-celah jembatan. Ini mengakibatkan keseimbangan saya oleng dan saya terpelanting ke luar jembatan. Beruntung saat itu saya berpegangan tangan, dan sahabat-sahabat saya langsung membantu untuk menaikkan saya ke atas jembatan lagi. Fiuh… alhamdulillah… banyak cerita di SD sana yang pastinya menjadi memory indah untuk kami bersama.

Sahabat SMP.
Di bangku ini saya merasa menjadi raja dan merajai. Hehehe… ya karena dibangku ini saya selalu mendominasi dan ada diurutan pertama dalam birokrasi sekolah. Menjadi ketua kelas, menjadi ketua OSIS, menjadi ketua Pramuka, menjadi komandan peleton dalam lomba baris berbaris dan lainnya. Sampai-sampai kakak kelas saya berkata pada saya “Bagaimana bisa semua posisi kamu bawa ke desamu!”.
Yah… saya tidak tahu, mereka yang memilih, bukan kemauan saya sendiri. Dibangku ini saya mempunyai sahabat dekat. Namanya Erik, tapi biasa saya panggil dengan sebutan Gendut. Dia selalu menjadi wakil saya dan partner di OSIS , lomba dan Pramuka, bahkan guru-guru menjuluki kami sebagai pasangan yang serasi karena kekompakan kami. Dengan Erik, saya selalu berlomba sepeda ketika pulang. Kebut kebutan untuk menjadi yang pertama sampai di desa kami. Selain Erik, Gunawan juga menjadi salah satu sahabat saya, dan kerap saya panggil dengan nama Menung. Dia adalah kakak kelas saya yang berkata pada saya tentang kalimat diatas. Nasibnya juga sama, selalu menjadi ketua kelas, ketua OSIS dan ketua Pramuka. Dari Gunawan saya belajar tentang kepemimpinan dan solidaritas. Dia juga memprivati saya sebelum akhirnya jabatan yang ia pegang selama setahun harus beralih ketangan saya. Sekarang dia sudah menikah dan mempunyai anak. Selamat nung.

Sahabat SMA.
Mereka sudah saya jelaskan dipostingan yang sebelumnya, tapi tidak ada salahnya jika saya sebutkan ulang. Mereka adalah Nur, Alip atau kerap saya panggil dengan nama Atut dan Hesti. Mereka adalah sahabat sahabat karib saya. Sahabat yang selalu memacu semangat saya untuk belajar dan sahabat “Gila”. Bagaimana tidak, kami selalu tertawa terbahak bahak jika kami tidak bisa mengerjakan soal. Guru-guru pun hanya mengernyitkan dahi ketika mendengar kami tertawa. Dan mungkin sudah hafal “O.. anak ini ga bisa mengerjakan, rasain!!!”

Sahabat Kuliah 1.
Hehehe… saya sempat menimba ilmu satu tahun disebuah lembaga pendidikan juga. Disini saya mempunyai sahabat yang bernama Ulfa, sekarang dia sudah mempunyai jagoan kecil dan keluarga yang bahagia dan Feriza, gadis ini mungkin masih dalam masa “Pelarian”, hehehe… Dia sangat berbakat dalam mendesain baju, tapi sayangnya ketika saya bilang “Kenapa tidak jadi desainer baju saja?” dia enggan. Padahal gambar baju dan contoh jahitan yang ia punya sangat bagus.
Dia penyuka kriwil dan masakan pedas, tapi jika ketahuan ibunya pasti dimarahi karena dia punya penyakit mag. Sempat pingsan dan membuat heboh dikampus beberapa kali. Semoga selalu dalam kebaikan ya say.

Sahabat Kuliah 2.
Setelah menamatkan dilembaga pendidikan, saya melanjutkan ke tempat kuliah yang lain. Disini saya mengenal banyak orang dan mempunyai beberapa sahabat. Agung, dia orang pertama yang saya kenal di kampus saya yang kedua ini. Orangnya pintar dan lucu. Trio kwek-kwek yang terdiri dari Nene, Ajeng dan Stevi. Bersama mereka kami selalu makan bakso atau mie pangsit disebelah matos. Makan dipinggir jalan sepertinya menjadi kesukaan kami. Rahma, teman yang satu ini girly sekali. Dia yang mengajari saya tentang berdandan. Secara jaman-jaman kuliah saya tidak pernah memakai make up. Dia selalu berkomentar tentang baju-baju yang saya kenakan. Karena kebanyakan nabrak. Terkadang dia memilihkan saya sepatu sepatu dan baju “Wanita”, tapi saya tidak tertarik. Saya lebih tertarik dengan kaos oblong dan sepatu kets.

Sahabat di Firdaus Boarding House.
Firdaus Boarding House adalah nama kos kosan saya. Sebenarnya tempat kos ini tidak memiliki nama, namun setelah kami berlima bertemu dan seperti mencium bau surga di tiap kebersamaan kami, akhirnya tercetuslah nama itu. Adalah Rosida atau kerap saya panggil Oci, Yuli dengan sebutan “Nenek”, Lilik dengan sebutan “Bunda” dan Yeni dengan sebutan “Tante”. Lalu untuk saya sendiri apa? Saya kebagian nama “Budhe”, hehehe….
Bersama mereka saya lewatkan hari hari dengan cerita.

Sahabat di BEC.
Disini pun saya mempunyai banyak sahabat dekat. Diantaranya Arif atau sering saya panggil “Yip”, Nurul, Betty, Kholis dengan panggilan “My Sister”, Dzikri dengan panggilan “Chief dan Oci. Ada banyak sahabat yang masih banyak lagi, karena ditempat kursus inilah saya merasakan mempunyai keluarga.

Sahabat di Flower.
Ini pun nama tempat kos kosan saya, lebih tepatnya kos pertama saya. Disini saya mempunyai sahabat yang bernama Teh Depi. Dengannya saya selalu bertukar cerita. Dan dari dia pula saya selalu mendapatkan dua pertanyaan wajib ketika kami bertemu. Yang pertama “Mbak, jadi ga kita ke Mesir?”.
Dan yang kedua “Cinta itu harus memiliki ga mbak?”. Mungkin kedua pertanyaan itulah yang menjadi obsesinya. Pegang terus mimpimu teh, dan berusalah meraihnya. Dream comes true to thoose who believe it.

Sahabat di Sakinah.
Ini nama tempat kos saya yang kedua. Didesa kecil ini setiap tempat kos akan mempunyai nama. Ini mempermudah kami dalam berkenalan dengan “keluarga” ditempat kursus. Ada Ifa, Na, Delina. I miss you all..

Jam di lapy sudah menunjukkan pukul 00.30. Seperti kata saya pada seseorang hari ini, bahwa setelah tulisan ini terposting saya akan tidur. Ok friends time to sleep. Good night.
Wasalam.


~* Rintik berubah menjadi deras, dan sinarpun berubah gelap *~


15 April 2011

Ketika Pulang





Rintik hujan diluar
Angin dingin menyelimuti malam
Kayuhan pedalmu yang tua bernyanyi di kesunyian sepi
Krek krek krek
Bunyi aus karena termakan usia
Seulas senyum senantiasa kau sungging
Meski tak ada seorang pun yang memberimu balasan
Hanya demi belahan hati dan anak anak tercinta
Yang menunggu
Berharap harap cemas di rumah kecilmu



 ~* Menikmati rintik hujan dari balik kamar *~


Am I Old ?

Selalu saja dituakan dimana pun saya berada, hehehe… apakah ini karena faktor wajah saya yang kelihatan tua atau usia saya yang memang tidak bisa dikatakan muda lagi? Ga juga deh. Saya kan masih tujuh belas tahun, tepatnya enam tahun yang lalu. (^_^)

Panggilan – panggilan seperti mom, umi, mama, ibunya anak-anak sudah tidak asing ditelinga saya, dan saya fine – fine saja ketika teman-teman dan sahabat memanggil saya begitu. Tidak merasa tersindir atau bagaimana tapi justru karena panggilan itulah membuat kami semakin dekat.

Mom, panggilan ini awalnya diceletukkan oleh sahabat saya, Dzikri. Ketika kami masih sama – sama menimba ilmu di BEC. Setiap selesai nightly speaking pasti kami akan berkumpul sejenak membahas kekurangan dan kelebihan dari program kami. Dan dia akan bilang. “Our mom will say something”. Celetukan ini ternyata menular begitu saja. Banyak teman-teman yang awalnya hanya memanggil nama saya atau sekedar miss, ikut-ikutan memanggil mom. Tak jarang pula dia memanggil saya ibunya anak-anak. Saya juga tidak tahu kenapa dia memanggil saya seperti itu. Mungkin karena kedekatan saya dengan teman-teman yang lainnya. Panggilan ini pun terbawa sewaktu kami melakukan outdoor disubang. Alhasil semua murid –murid kami pun memanggil saya mom. Tak risih sedikitpun dengan panggilan itu. Justru kami semakin membaur dan tidak ada jarak antara guru dan murid.

Umi, panggilan ini tiba-tiba nyangkut di depan nama saya ketika saya diberi kesempatan untuk membagi ilmu di pondok pesantren. Wah dari dulu saya selalu ingin merasakan kehidupan pesantren, karena memang saya tidak pernah nyantri dipondok manapun. Ketika diberi kabar bahwa saya akan mengajar ke pesantren, saya sangat antusias. Setiba nya disana saya merasa enjoy walaupun terkadang bosan juga ada karena hanya disitu situ saja ruang lingkup kami. Jauh dari kehidupan kota dan ramainya keadaan diluar. Suatu hari saya mengajar dikelas. Seperti biasa saya salam dan berbasa basi sebentar dengan murid-murid saya, menanyakan kabar, keadaan terbaru yang mereka alami dan terkadang apa yang mereka lakukan tadi malam. Baru setelah itu saya melanjutkan dengan materi pelajaran. Lima belas menit sebelum pelajaran usai tak jarang saya memberi mereka permainan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Meski yang saya hadapi adalah anak aliyah atau setara SMA, tak urung niat saya untuk memberi mereka game-game dan terkadang lagu. Kemudian saya tutup dengan salam kembali. Seusai kelas seperti biasa saya keluar untuk istirahat sejenak dari mengoceh, hehehe… tapi tiba-tiba murid saya yang bernama Tika memanggil “umi jangan keluar dulu, disini saja”. Wew… ni anak manggil siapa ya? Karena yang keluar ruangan baru saya, akhirnya saya ngeh bahwa panggilan itu ditujukan untuk saya. Dan teman teman nya yang lain pun segera terkena virus memanggil umi pada saya. Tika ini adalah anak yang tomboi, sempat menjadi trouble maker dikelas oleh karenanya saya tunjuk sebagai ketua kelas. Di akhir program ternyata dia bisa nangis juga sambil memeluk saya. Hm… jadi kangen kamu Tik.
“Umi jangan pergi”. Kata – kata itu yang saya ingat dari dia.

Mam can, ini panggilan sayang ochi atau rosita pada saya. Suaranya ketika memanggil saya ini terkadang sangat manja. Bersama ochi saya sudah melewatkan dua bulan hari – hari saya. Tinggal sekamar dan banyak bercerita tentang semua hal. Walaupun tak jarang dia selalu saja saya tinggal tidur duluan. Hehehe….. tapi sekarang saya jadi insomnia ci… mungkin kuwalat ma kamu sering ngatain “kalong” karena tidurnya malem – malem terus.

Am I old? Terkadang itu yang saya tanyakan pada diri saya ketika memikirkan kenapa teman-teman sebaya saya atau bahkan lebih tua dari saya memanggil saya seperti itu. Tapi jauh dari itu semua saya hanya  berfikir kalian memanggil saya dengan sebutan mom, umi, mam can karena kalian menyayangi saya. Thank you.


SAJAK KECIL TENTANG CINTA



         mencintai angin
harus menjadi siut
mencintai air
harus menjadi ricik
mencintai gunung
harus menjadi terjal
mencintai api
harus menjadi jilat
mencintai cakrawala
harus menebas jarak
mencintai-Mu
harus menjelma aku

~*Sapardi Djoko Damono*~

Saya belum begitu jelas “mu” ini hendak ditujukan pada siapa. Apakah “M” di awal huruf ini ditulis untuk m besar atau m kecil. Walaupun begitu, bagi saya pribadi jika kita mencintai “mu” dengan m besar atau m kecil, kita memang harus menjadi aku yang sebenarnya. Tidak ada yang tertutupi, tidak ada kebohongan. Karena mencintai-Mu harus menjelma aku.


Nostalgia eS eM A

Hm… melihat foto-foto jadul jaman  SMA ternyata membuat geli juga ya. Nostalgia dengan tingkah laku kita sewaktu menjadi warga eS eM A terkadang membuat kita manggut-manggut atau justru geleng-geleng sambil berkata “Waow ternyata dulu aku seperti itu ya?”. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Rasanya baru kemarin saya merasakan euforia kelulusan dan isak tangis sahabat antara syukur dan kecewa karena ada beberapa yang tidak lulus. Kenakalan dan persahabatan tak jarang persaingan pun ikut dalam keseharian kami.
Bagi saya pribadi, atau mungkin bagi sebagian besar orang masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan, masa yang paling indah. Seperti lirik lagu, tapi saya lupa judulnya.

Tiada kisah paling indah, kisah kasih disekolah.

Andaikata diberi waktu sekali lagi untuk kembali, saya pun tidak akan mau kembali, hehehe… karena kehidupan saya ada disini. Bukan berarti saya membenci waktu SMA, tapi biarlah waktu itu menjadi frame indah dalam koleksi foto kehidupan saya. Sewaktu SMA saya mempunyai tiga orang sahabat, namanya Atut, Hesti dan Nur. Dengan mereka saya banyak menghabiskan waktu bersama selama disekolah, bahkan tidak jarang berlanjut setelah jam sekolah usai. Artinya kita main – main dulu ke rumah salah seorang dari kita.

Ada beberapa pengalaman seru yang kami lalui, salah satunya naik gunung hanya untuk mencari buah juwet. Ada yang tahu buah juwet? Buahnya berwarna ungu tua. Paling enak jika dimakan dengan garam.  Hmm…. Sambil menulis ini saya bisa merasakan lezatnya memakan buah itu sampai air liur saya ingin segera menetes. Ceritanya berawal dari setelah jam sekolah selesai. Hari itu kami sengaja dipulangkan pagi karena pihak sekolah mengadakan rapat, entah rapat apa yang akan dibahas. Yang penting kami pulang pagi. Hyeeeee……

Sepulang sekolah kami berencana ingin pergi kerumah Nur. Karena beberapa hari sebelumnya kami berencana ingin mencari buah juwet. Kebetulan bulan ini adalah bulan buah itu sedang berbuah lebat. Meluncurlah kami kerumah Nur. Tak sampai 15 menit kami sudah menselonjorkan kaki diteras rumah. Disambut dengan sapaan hangat dari bapak (bapaknya nur), bapaknya ini punya senyuman yang manis lo. Dilanjut dengan kedatangan ibu dari hutan mencari kayu bakar. Setelah dirasa cukup melepas lelah, kami bersiap siap akan berangkat. Oleh ibu, kami dibawakan tas kecil untuk tempat juwet kami nanti. Dan oleh bapak kami diberi arit (bahasa indonesianya apa ya?) untuk menebang ranting-ranting sewaktu kami memasuki hutan. Tapi kami belum berangkat, karena pemandu jalannya belum datang. Sebenarnya kami ingin berangkat berempat. Tapi bapak dan ibu khawatir, secara srikandi-srikandi mau naik gunung, alhasil kami harus menunggu keponakannya Nur yang saat itu masih duduk dibangku SMP untuk mengawal kami.

Perjalanan pun dimulai. Kami menyusuri desa dan naik kehutan. Gunung yang akan kami naiki harus melewati hutan sebagai jalan setapaknya. Arit yang diberikan bapak pun sangat berguna karena banyak semak dan ranting-ranting kering yang mengganggu perjalanan kami. Setelah melewati hutan, kami pun bersiap naik. Jalanan yang kami lalui pun berbatu, berkerikil, licin dan menanjak. Tak jarang kami harus berhenti beberapa saat untuk menghela nafas. Saat itu sandal kami pun sempat terputus karena harus melewatu batu-batuan yang banyak. Bertelanjang kakipun membuat telapaknya menjadi agak sedikit lecet. Tapi kami terus naik dengan harapan segera bertemu dengan pohon juwet.

Tak lama kemudian pohon yang kami caripun sudah nampak. Wah senang sekali hati kami. Segera kami berpencar untuk memetik buahnya. Dan aku mengekor pada Nur. Karena dia jago dalam panjat memanjat, kuserahkan urusan memetik padanya. Dan aku hanya menerima lemparannya dari atas sambil beberapa memasukkan buah itu kedalam mulutku, hehehe…. Nyami.
Melihat Nur asyik memetik diatas, aku pun ingin naik juga. Dengan ketrampilan seadanya aku naik keatas dan ikut memetik, tapi aktifitasku berhenti ketikan melihat pemandangan dibawahku. Waow…. Aku bisa melihat daerah kawedanan dan desa desa kecil desekitar gunung. Sangat menakjubkan.

Tak terasa kami pun kenyang dan tas kecil pemberian ibu sudah penuh dengan pohon juwet. Dan hari pun sudah petang. Akhirnya kamipun bergegas untuk turun gunung. Perjalanan hari itu sangat menyenangkan bagi saya. Ada beberapa tempat yang sangat kami senangi, bakso pojok dipasar, dikelas sambil menikmati dadar jagung buatan kopsis, gunung sambil menikmati pohon juwet dan sarangan. Miss you friends.