13 May 2013

Kenapa kita jatuh cinta dan menikah?



Hari ini menjelang dua tahun kami bersama, kehidupan kami sangat membahagiakan, diwarnai dengan segala urusan rumah tangga seperti layaknya rumah tangga yang lainnya, dan Alhamdulillah kami diberi amanah untuk menjaga si kecil Abdurrahman alghifari.

Dihari ini juga aku semakin bersyukur pada Allah karena dikenalkan dengan suamiku, dipertemukan dengan laki-laki biasa yang luar biasa. Dia dengan segala kekurangan dan kelebihannya, dia dengan kesabaran yang amat sangat menghadapi polah tingkahku yang terkadang seperti anak kecil, merengek minta dibelikan balon, dia yang selalu ada ketika hati mulai berkecamuk dengan selentingan omongan yang tidak seharusnya difikirkan, karena toh banyak sekali hal-hal positif yang lebih layak untuk difikirkan. Dan dia adalah laki-laki pertama yang membuatku jatuh cinta untuk kesekian kalinya.

Pada awal kami bertemu, aku sangat membencinya, dia berada diurutan pertama laki-laki yang harus kuhindari. Menurutku dia laki-laki yang rapuh, laki-laki yang tidak dapat berfikir dewasa, laki-laki yang hanya mencari kesenangan saja. Namun seiring berjalannya waktu, semua prasangka itu mampu diluluhlantakkan oleh semua pembuktiannya ketika dia selesai membacakan ijab Kabul. Laki-laki yang kubenci justru berubah menjadi laki-laki yang tangguh, dewasa dan bertanggung jawab. Seketika aku sadar, aku mencintainya dan cinta itu tumbuh seiring dengan waktu berlalunya hari-hari pernikahan kami.  Cinta yang halal dan cinta yang bertanggung jawab.

Aku bangga karena aku lah orang pertama yang mengajaknya menikah. Berbeda dengan situasi kebanyakan dimana laki-laki lah yang meminta untuk menikah. Bagiku ajakan itu bukan untuk merendahkan harga diriku justru pembuktian bahwa aku begitu menghormatinya, terlepas dari minimnya materi yang kumiliki saat itu. Disaat dia gencar-gencarnya mengejar dan mengajak menikah, aku tak peduli. Namun disaat dia menghilang dan aku tak punya satu pun akses untuk menemuinya, aku justru mengingat kertas bertuliskan nomor telepon persis dibawah meja komputerku. Tertutup debu dengan kertas yang kumal karena lama tak tersentuh. Dengan rasa takut, cemas dan tak tahu harus berfikir apa lagi, aku menelfonnya. Memintanya untuk menikahiku dengan bahasa yang aneh. Jika aku mengingat saat itu sekarang, aku hanya bisa tersenyum dan malu dan aku tak menyesal sudah melakukan hal itu, karena ternyata dia adalah ayah terbaik untuk anak-anakku.

Kenapa kita jatuh cinta dan menikah? Aku rasa kau memang tercipta untukku, begitupun sebaliknya. Dan aku hanya berusaha mencari dimana kepingan hati itu berada. Dan ternyata kepingan itu ada pada dirimu.

Abi, terima kasih telah mengajariku bagaimana cara untuk mencintai.

 

1 comment:

  1. Subhanallah sist...
    ceritana emang bener" bikin aku percaya jodoh itu sudah ada yang mengaturnya. :)

    ReplyDelete

Leave comment