31 March 2011

Are You Ready ?



“Abi, bahasa inggrisnya tangan apa bi?”. Tanya si kecil Fadhil pada abinya yang sedang membaca buku diruang tamu.
“Hand.”
Fadhil manggut manggut sambil melihat tangannya.
“Hand”. Dia berteriak riang didekat abinya sambil melihat kearah umiknya yang sedang menyiapkan makan malam didapur. Umik hanya tersenyum melihat jagoanya belajar dengan riang bersama abinya.
“Abi abi, tangan itu yang mana sih?” dia menarik lengan baju abinya.
“Ya ini, dari ujung pundak sampai jari kamu.”
Fadhil mengamati tangannya. Dia mengangkat bagian tubuhnya itu keatas. Meraba dari ujung pundak sampai jari jarinya yang kecil.
“Abi, trus kalo lengan tu yang mana?”
“Hm… lengan? Dari pundak sampai tengahnya.” Si Abi mulai garuk- garuk kepala, merasa tidak yakin dengan jawaban yang diberikan pada putra semata wayangnya.
“Ow.. ini namanya lengan.” Fadhil kembali meraba bagian tubuh yang ditunjukkan abinya.
“Abi, yang tengah ini namanya apa?”. Dia menunjuk batas siku sampai pergelangan tangan.
“Hm..Hm….apa ya dhil?”.  Abi mulai melihat dengan serius dibagian tangannya.
“Bi, umik kemaren bilang mau beli baju lengan panjang buat abi, kenapa namanya baju lengan panjang? Kata abi tadi ini kan tangan. Kenapa ndak dinamai baju tangan panjang bi?”
Si abi mulai garuk-garuk lagi memikirkan jawaban.
“bi, bi… berarti kalau bajunya pendek segini namanya baju tangan pendek ya bi?” Ucap Fadhil sambil kembali menyentuh sikunya.
Si Abi mulai berkerut dahi, daannn..
“Umiiiiiiik… bantu abi”.

Pernah mendapatkan pertanyaan diatas? Seringkali kita mengetahui sebuah kata atau kalimat namun saat ditanyai apa sih definisi dari kata atau kalimat yang kita sebutkan kita justru gelagapan dalam menjawabnya, terlebih jika harus menjabarkan dalam arti yang simple atau mudah dimengerti. Sebagai seorang dewasa yang sering berkutat dengan hal-hal yang “rumit” seringkali fikiran kita ikut rumit juga. Dalam artian terkadang kita tidak bisa menjabarkan sesuatu dengan lugas dan gamblang kepada orang-orang yang mungkin awam atau contohnya anak kecil. Jiwa mereka yang kritis dan rasa ingin tahu yang sangat besar mendorong mereka untuk bertanya dan terus bertanya kepada orang didekatnya. Salah menjawab dan menjelaskan pada mereka akan berakibat sampai mereka dewasa. Jawaban jawaban itu akan terekam di otak mereka suatu saat jika mereka mendapatkan pertanyaan yang sama di kemudian harinya. Dari hal itulah kenapa calon orang tua harus banyak belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi “Enstein-Enstein” muda yang akan lahir dikemudian hari.  

“Bi..buatin adek buat Fadhil bi..”
“Bi, gimana caranya Fadhil lahir?”
“Bi, Alloh tu dimana sih?”

Are you ready?

No comments:

Post a Comment

Leave comment