25 March 2011

~ Boleh aku Curhat ~

    "Boleh aku curhat?"
Pernah mendengar kata- kata seperti ini? Atau malah sering? (^_^) Saya kira kita pernah mendengar kalimat seperti itu. Ketika seseorang datang kepada kita lalu berkata “Boleh aku curhat?” atau tanpa mengatakan sepatah kata pun sebelumnya dan dia mulai menceritakan permasalahan yang dia alami.

    Menjadi seseorang yang “curhat” terkadang sangatlah gampang meski tidak semua karakter manusia akan merasa mudah ketika harus menceritakan permasalahan yang dia hadapi. Yang lebih sulit adalah ketika menjadi seseorang yang “Dicurhati” atau dalam kamus saya, saya sebut dengan konselor. Kenapa saya bilang sulit? Hehehe.. karena pada dasarnya kita adalah orang yang selalu ingin “NGOMONG” tidak perduli orang lain yang mendengarnya sudah berbusa atau belum. Ingin selalu diperhatikan meski kita jarang memperhatikan. Ingin selalu memimpin walaupun kita belum bisa untuk dipimpin. (kok jadi kemana mana ya? Back to topic). Menjadi seorang pendengar atau orang yang dicurhati saya bilang gampang gampang susah.

    Sadar atau tidak sebenarnya orang yang curhat kepada kita belum tentu membutuhkan solusi dari kita. Tidak percaya? Buktikan nanti. Sebagian dari mereka hanya ingin didengar meskipun ada juga yang memang mencari solusi. Tapi kita sebagai seorang pendengar terkadang begitu “SOK” memberikan solusi padahal bukan itu yang pencurhat inginkan. Cukup dengarkan saja itu sudah sangat membantu dia. Namun lain halnya jika dia meminta anda untuk membantu mencarikan solusinya.

    Penjadi seorang konselor juga tidak usah terlalu banyak basa basi. Jangan memegang tangan si pencurhat jika dia sedang bercerita. Karena dengan begitu sama saja kau bilang padanya “kau rapuh”. Jangan memeluknya ketika dia sedang menangis, karena sama saja kau berkata padanya “kau membutuhkan sandaran”. Dengarkan saja dia bercerita. Biarkan dia  menikmati “rasa sakitnya”. Bukan berarti kita belajar untuk menjadi kejam pada orang lain lo. Bukan itu maksud saya. Saya bilang biarkan dia menikmati “rasa sakitnya” adalah membiarkan dia sejenak mengulas sendiri kenapa hal hal yang membuat dia tidak nyaman bisa mereka rasakan. Ini sekaligus membantu mereka untuk berinstrospeksi diri. Namun jangan juga mendengar hanya menggunakan satu telinga dan keluar dari telinga yang lainnya juga. Bisa bisa kita kena jitak.

    Trus gimana dong? Coba kita dengarkan dengan hati kita. Bagi seseorang yang memang gampang curhat, membicarakan masalahnya akan terasa begitu mudah dan melegakan bagi mereka, namun bagi sebagian bisa jadi terlalu sulit karena hal ini akan menyakitkan juga bagi mereka mungkin ketika menceritakan permasalah yang mereka alami. Mencoba mengingat ingat kembali sesuatu hal yang tidak mereka sukai, atau hal yang membuat mereka tidak nyaman. Oleh karena itu sebagai seorang konselor sebenarnya kita belajar untuk menjadi seorang pendengar yang baik. Bukanlah seorang pencari solusi. Nah makanya belajar jadi pendengar yang baik yuk.

No comments:

Post a Comment

Leave comment