21 March 2011

Di Titik Nadir



Harmoni Diri

Saat syahadat-ku sebatas ucapan
Saat shalat-ku sebatas gerakan
Saat shaum-ku sebatas kewajiban
Saat zakat-ku sebatas keharusan
Saat haji-ku sebatas kebanggaan
Saat itu pula…
Kesia-siaan terbesar ada pada diriku

Saat Islam-ku sebatas pakaian
Saat Iman-ku sebatas ucapan
Saat Ihsan-ku sebatas pengetahuan
Saat itu pula…
Ada penipuan terbesar dalam diriku

Saat kematian dianggap hanya cerita
Saat neraka dianggap hanya berita
Saat siksa dianggap hanya kata
Saat itu pula…
Kesombongan terbesar ada padaku

Saat takdir dianggap tak mungkin
Saat hidup kembali dipandang mustahil
Saat Tuhan dianggap nihil
Saat itu pula…
Kedurhakaan terbesar ada pada diriku

Bukankah aku memiliki hati?
Bukankah aku memiliki jasmani?
Dan bukankah aku memiliki akal budi?
Maka harmoniskanlah semuanya, Ya Robbi
Semata hanya untuk-Mu.

Agung_K_Suari, Tafakur-Gado Gado Simpang Lima

    Membaca puisi ini serasa mengingatkan saya akan dosa-dosa dimasa lalu dan sekarang. Noktah-noktah hitam yang saya torehkan dalam diri saya. Betapa sombongnya saya waktu itu, betapa bangganya saya dihiasi noda-noda hitam tak terlihat diseluruh wajah saya. Duh Gusti, ampuni hamba. Sungguh hamba bukan apa-apa jika tak ada ampunan darimu. Betapa kerdilnya hamba seumpama sebuah debu hitam kecil dan terkotor dipusaran angin di padangmu.
Gusti, ampuni hamba.

21 Maret 2011, di titik nadir.

No comments:

Post a Comment

Leave comment