13 March 2011

Buk'e

"Nduk dadio wanito seng ayu atine lan rupane. Ati ga iso ilang masio umurmu wes tuwo ngger ananging ayuning rupo iso ilang dipangan wektu".

"Jadilah wanita yang cantik hatinya dan wajahnya. Hati tidak akan bisa hilang meski umurmu sudah tua nak, namun cantik wajah akan bisa hilang dimakan oleh waktu".

Hanya kata itu yang bisa kuingat dari mendiang buk'e. Kata - kata yang sekarang menjadi cambuk bagiku. yah. . cambuk, cambuk atas semua kesalahan yang telah aku lakukan beberapa waktu terakhir ini. Betapa entengnya aku mempermainkan perasaan orang - orang disekelilingku dan yang menyayangiku hanya untuk sebuah pengakuan. Pengakuan dihadapan teman - temanku.

Aku bukanlah gadis dari keluarga kaya, dan itulah yang kubenci dari diriku. aku memiliki wajah yang cantik, semua orang terpana ketika melihatku. Namun sayangnya aku hanyalah anak dari seorang pedagang asong. Pedagang kue bolu keliling. Terkadang aku menyalahkan buk'e yang sebenarnya tidak bersalah. Kenapa aku harus dilahirkan dari keluarga miskin? Kenapa aku tidak mempunyai orang tua yang kaya raya yang bisa mencukupi semua kebutuhanku.

Setiap disekolah aku selalu malu pada moment moment tertentu, ketika guruku atau teman sekelasku menanyaiku tentang pekerjaan orang tuaku. Ayahku sudah meninggal ketika umurku 3 tahun. Beliau ditabrak mobil ketika mbecak di pasar wonogiri. Yah bapak hanyalah seorang tukang becak. Praktis sepeninggal bapak, hanyalah buk'e yang kupunya dan membesarkanku. Aku malu ketika mereka menanyaiku apa pekerjaan orang tuamu? Dan kujawab dengan bohong. Ibuku adalah seorang pedagang kain di pasar besar wonogiri.

Suatu ketika aku dan teman teman mampir main kemall sepulang sekolah. Ada rapat dewan guru sehingga murid dipulangkan lebih awal dari jam biasanya. Aku pun dengan senang hati ikut gabung dengan teman - temanku yang notabene adalah orang - orang yang tajir dikelasku. Mereka mentraktirku eskrim dan mengajakku bermain di central game di mall tersebut. Puas bermain dan windows shopping, kami pun berencana pulang. Aku menunggu didepan parkiran sembari menunggu teman - temanku mengambil motornya.
Aku melihat suasana jalan. Panas dan ramai. Seorang teman mencolek punggungku dari belakang.
"Woi nglamunin apa?". Aku hanya menggeleng dan tersenyum. Teman yang lainnya menghampiri kami.
"Eh ada penjual kue, aku jadi pingin. Kita beli ya." Ucap cindy, Salah satu teman tajirku.
Aku menoleh pada penjual yang membuatku jantungku berdegup dengan kencang. Buk'e. . .
"Bu, beli bolunya lima ribu dong." Cindy memesan pada buk'e. Aku hanya diam dan gelagapan. Takut dan bercampur baur. Takut

kalau kalau temanku tahu bahwa perempuan itu adalah ibuku, takut kalau kalau buk'e nanti marah ketika aku pulang nanti.
"Napa des? Kamu kenal ama penjual kue ini?". Shelly bertanya padaku.
Aku hanya diam dan
"Nggak, ngapain juga aku kenal penjual bolu ini. Gak level tau."
Teman - temanku tertawa lebar dan aku melirik buk'e. Sekilas kulihat ada bening di pinggir matanya.

"Terima kasih non". Ucap buk'e seraya meninggalkan gerombolan kami. Dan Cindy pun membagi kue bolu yang dibelinya dari buk'e untuk kami makan.
Sesampai dirumah aku langsung cuci muka. Kulihat sekeliling rumah, ternyata buk'e belum pulang. Aku tertidur. Ketika kubuka mata, lampu dirumahku sudah menyala. Perutku berbunyi tanda lapar. Aku cuci muka dan segera pergi ke dapur.Kulihat meja sudah tertata rapi dengan makanan kesukaanku. Sambal goreng kentang dan ati. Biasanya buk'e memasak ini kalau ada hari hari tertentu seperti syukuran atau ulang tahunku. Maklumlah jarang sekali aku melihat ikan atau ayam sebagai lauk kami. Paling banter adalah telor, setiap harinya hanya tempe tahu yang menjadi andalah dapur kami.

Aku mulai mengambil nasi dan lauk. Ketika ingin mulai makan, aku melihat secarik kertas di tepi meja. Kuambil dan kubaca.

*****
Teriring kasih sayang hanya untukmu Nak,
Assalamualaikum,
Nak, maaf jika selama ini buk'e belum bisa memberi semua yang kau inginkan
Setiap hari kau harus makan dengan lauk seadanya
Kau harus diam dengan baju yang kadang sudah lama dan tidak ada jatah baju baru setiap tahunnya
Maaf jika buk'e tidak bisa memberimu lebih dari yang kamu mau
Namun percayalah nak,
Kamu adalah permata buk'e
buk'e menyayangimu lebih dari semuanya
*****

Kutaruh piring diatas meja dan aku segera berlari mencari buk'e. Kulihat beliau duduk lesehan sambil membawa baju dan benang.
Kupeluk tubuh ringkihnya dan beliau mendekapku dengan erat.

"Buk'e, maafkan desi. Tadi Desi malu dan tidak mau mengakui buk'e. Desi sayang buk'e". Aku meracau sembari menangis.
"Buk'e juga sayang kamu nduk". Ucapnya halus sambil mengecup keningku. Mulai hari itu aku berjanji bahwa buk'e adalah wanita terhebatku. Aku tidak akan malu lagi untuk mengakuinya. Beberapa hari berlalu, namun sayangnya aku begitu cepat kehilangannya ketika aku ingin membayar semua kesalahanku. Minggu, 23 Juli 2010 aku mendengar berita buk'e tertabrak mobil ketika ingin pulang dari berjualan keliling. Hatiku remuk.
Buk'e maafkan anakmu ini. Teriring doa untukmu, Desi sayang buk'e.

No comments:

Post a Comment

Leave comment