31 March 2011

Haruskah dicharge?



Beberapa hari yang lalu saya merasa kehilangan sesuatu dalam diri saya. Rasa tidak nyaman karena sesuatu yang hilang itu  membuat saya ingin rasanya keluar dari rumah dan menemukannya kembali. Apa? Itu yang masih saya cari.

Meminta izin ke orang tua untuk keluar rumah pun dilakukan, meski pun orang tua saya khawatir karena anak gadisnya akan pergi jauh. Setelah surat izin turun saya pun tidak langsung bergegas pergi. Sempat tarik ulur dengan emosi membuat saya menunda keberangkatan saya selama beberapa jam. Dan akhirnya saya pun mantab ingin pergi dan berharap bisa menemukannya kembali.

Mengeluarkan si Azza dari rumah dan mengendarainya perlahan menuju terminal sambil menikmati sepoinya angin saat melewati sawah-sawah. Namun harus menahan nafas beberapa saat ketika mencium asap knalpot dari motor-motor modif dijalan. Dua puluh menit perjalanan sampailah saya ke terminal. Saya parkir motor dan bilang ke bapak parkir bahwa saya akan pulang besok paginya. Si bapak menanyai saya “Mau kemana neng?”
“Ke Pare pak”.
Saya berjalan menuju loket karcir dan menyodorkan uang dua ratus perak untuk ditukar dengan kertas peron. Pintu peron pun terlewati dan saya menemukan bis lengang jurusan Surabaya. Sengaja saya duduk dideretan belakang untuk melihat orang-orang didepan saya. Lima menit menunggu dan tidak nampak ada penambahan penumpang membuat saya berubah fikiran untuk duduk di deretan depan. Kursi nomor tiga barisan kiri tempat saya menyandarkan kepala menatap setiap pemandangan yang kami lalui dengan kecepatan sedang.

Sesampainya di daerah Nganjuk bis mulai terisi dengan penumpang yang penuh sesak. Tak ketinggalan pula pengamen dan pedagang asongan yang siap menjejali bis yang kini sudah penuh. Berjalan dibagian tengahnya sambil menjajakan barang bawaanya, atau sekedar menghibur dengan satu dua lagu dari penyanyi papan atas negeri ini. Melihat lalu lalang mereka di kesesakan bis membuatku sempat berfikir “Apa yang sedang mereka fikirkan?”

Mirip dengan pertanyaan salah satu jejaring sosial “Apa yang sedang anda fikirkan?”. Pertanyaan itulah yang memenuhi otak saya. Apa yang saya fikirkan sehingga saya naik bis ini menuju desa kecil di pelosok kediri sana. Apa yang sedang cari?
Setibanya di Jombang saya oper bis jurusan trenggalek, dan lagi lagi saya naik bis yang sepi penumpang. Hanya terlihat beberapa orang yang ada didalamnya dan beberapa pedagang asong yang tetap semangat menjajakan barang jualannya meskipun tak satupun dari kami mau membelinya.

Semangat. Ya kata itulah yang belakangan ini hilang dari dalam diri saya. Semangat untuk melakukan sesuatu. Bis pun melaju dengan cepat. Tak butuh waktu sampai tiga jam penuh saya pun tiba di Pare. Disambut dengan gerimis hujan diteruskan dengan kedatangannya yang lebat membuat saya ingin secepatnya sampai di kost. Kostan lama saya yang sering membuat saya rindu. Rindu akan canda tawa yang ada disana. Rindu akan kebersamaan yang tercipta disela-sela kesibukan kami dalam menjalani program harian. Rindu akan kekerabatan kami yang erat meskipun kami bukan dari keluarga yang sama. Ah.. semuanya.

Setibanya di kost saya disambut dengan pelukan hangat sahabat yang masih tinggal disana. Kami pun akhirnya bercerita banyak hal. Senang melihat mereka bergulat dengan ilmu-ilmu mereka. Bahagia mendengarkan setiap pertanyaan yang sarat ilmu yang menghiasi disela-sela percakapan kami. Dan akhirnya saya menemukaanya. Semangat saya. Kedatangan saya kesini salah satunya untuk mencharge semangat saya. (hahahahha…. Seperti HP saja di charge)

Ya, semangat memang perlu dicharge atau diisi ulang. Ketika dia sudah menipis dan bahkan terancam habis segeralah mengisi semangatmu kembali. Karena dengannya kau bisa melewati semuanya dengan penuh antusias dan gairah hidup. Apalah jadinya hidup jika tak ada semangat menjalaninya. Bukankah sama saja bila saya sebut “Zombie” atau mayat hidup. Melakukan sesuatu tanpa merasakan taste nya. Bukankah akan lebih indah jika kita melakukan sesuatu dan kita bisa menikmatinya?

Terima kasih sahabatku, kalian membantuku mengisi ulang semangat yang hampir habis ini.


No comments:

Post a Comment

Leave comment